Kamis, 26 Maret 2015

Nama  : Nurul Fatimah
NIM    : A310130154

BAB II
PENGERTIAN DAN UNSUR KALIMAT
1.      PENGERTIAN SINTAKSIS
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etiologis kata sintaksis berarti ‘menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata menjadi kalimat’ (Verhaar,1977).
            Sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem (Ramlan,1987). Dari pengertian itu dapat diketahui bahwa bidang garapan sintaksis tidak hanya terdiri atas kalimat, klausa, dan frase, tetapi juga wacana. Dapat ditegaskan juga bahwa sintaksis adalah bagian ilmu bahasa yang mebicarakan hal-hal yang berhubungan dengan frase, kalusa dan kalimat.
2.      RUANG LINGKUP SINTAKSIS
Sintaksis menyelidiki semua hubungan antar-kata dan dan antar-kelompok kata antar-frase dalam satuan dasar sintaksis. Sintaksis mempelajari hubungan di luar batas kata, tetapi dalam satuan yang disebut kalmia, (Verhaar, 1977). Yang termasuk dalam pembicaraan sintaksis menurut J. D. Parera (1983) adalah kalimat, kalusa, dan frase. Dari pendapat Ramlan bahwa ruang lingkup sintaksis bukan hanya seluk-beluk frase, klausa, dan kalimat, melainkan juga seluk-beluk wacana.
3.      PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat dalam hal ini dapat dipandang sebagai unsur yang dalam batasan-batasan tertentu paling besar atau paling luas dibandingkan dengan frase dan klausa.
3.1 Pengertian Kalimat yang Mempertimbangkan Makna
Kalimat ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.yang dimaksud dengan pertimbangaan makna pada batasan tersebut adalah pernyataan Alisyahbana yang berbunyi mengandung pikiran yang lengkap. Sedangkan yang dimaksud sebagai pertimbangan bentuk dalam batasan itu adalah satuan kumpulan yang terkecil. Soetarno (1979) memberikan batasan atau definisi mengenai kalimat berdasarkan dua dasar. Pertama berdasarkan strukturnya, kedua berdasarkan maknanya. Berdasarkan strukturnya kalimat ialah kesatuan bahasa yang didahului dan diakhiri oleh kesenyapan. Susunan kata dan intonasinya, menunjukkan bahwa pikiran yang diungkapkan lengkap. Berdasarkan maknanya kalimat ialah kesatuan bahasa yang mengandung pikiran yang lengkap. Baginya kalimat memliliki ciri sebagai berikut:
(a) susun kata yang merupakan bentuk ekspresif
(b) kesenyapan dan intonasi
(c) pikiran yang lengkap
(d) situasi
4.      PENGENALAN KALIMAT
Untuk mengenali suatu ujaran termasuk kedalam kalimat atau bukan dapat diperhatikan dari dua hal. Pertama, ujaran yang terdapat dalam bahasa lisan. Kedua, ujaran dalam bahasa tulis. Jika ujaran tersebut terdapat dalam bahsa lisan, cara mengenalinya adalah dengan menggunakan prinsip kalimat lisan. Sebaliknya, jika ujaran yang dimaksudkan digunakan dalam bahasa tulis, atau dalam wacana tulis, pengenalannya juga dalam menggunakan bahasa tulis. Mengenali kalimat dalam bahasa lisan dimungkinkan bisa dilakukan tanpa memperhatikan makna kalimat. Artinya, jika suatu ujaran telah menunjukkan intonasi akhir selesai, dapat dikenali sebuah kalimat. Tetapi, dalam bahasa tulis pengenalan kalimat agaknya perlu mempertimbangkan makna suatu kalimat. Jika suatu ujaran menyatakan makna lengkap, ujaran itu dapat dikatakan sebagai kalimat. Disamping itu, dalam bahasa tilis kalimat telah ditandai dengan beberapa tanda baca, penggunaan ruang kosong dan lain-lain. Perbedaan ragam lisan dan ragam tulis adalah jika rgam lisan menghendaki orang kedua, ragam tulis tidak menghendaki. Dalam ragam lisan terikat situasi, kondisi, ruang, waktu sedangkan rgam tulis tidak. Dan ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi sedangkan ragam tulis dipengaruhi tanda baca.
5.      UNSUR-UNSUR KALIMAT
Unsur-unsur kalimat dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Yang pertama, unsur segmental atau bentuk. Yang kedua, unsur suprasegmental atau intonasi, lagu kalimat, jedai
5.1 Unsur Segmental
Menurut Moeliono (ed.), (1988) berdasarkan bentuknya kalimat dapat dilihat dari unsur sebagai berikut:
a)      Bagian Inti (bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan)
Contoh :
Lebaran dan budaya mudik telah berlalu
Kalimat tersebut semuanya merupakan bagian inti sehingga tidak ada yang dapat dihilangkan.
b)      Bukan Inti (bagian kalimat yang dapat dihilangkan)
Contoh :
Setelah malapas penat dari “ziarah kemanusiaan”, kesibukan, keruwetan dan rutinitas kembali menghadang.
Kalimat tersebut terdiri dari dua bagian :
-          Yang pertama (Setelah malapas penat dari “ziarah kemanusiaan”)
-          Yang kedua (kesibukan, keruwetan dan rutinitas kembali menghadang.
Bagian kedua disebut bagian inti dan bagian pertama disebut bagian bukan inti.
Semua untur dalam kalimat tidak harus muncul. Fungsi yang harus muncul adalah S dan P. Menurut Verhaar, 1977 dan Fokker 1972 menyatakan bahwa dalam bahsa lisan bisa hanya S atau P saja.
5.2 Unsur Suprasegmental
Unsur suprasegmental kalimat adalah lagu kalimat atau intonasi kalimat. Intonasi adalah kerjasama antar tekanan, nada, tekanan waktu dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur dariawal hingga kekeperhentian akhir.termasuk di dalm intonasi ini adalah kesenyapan (jeda). Kesenyapan oleh Keraf (1980) diartikan lebih luas daripada perhentian. Dalam bahasa tulis kesenyapan ini dapat berupa ruang kosong atau spasi. Kesenyapan merupakan keadaan diam, sedangkan perhentian merupakan berhentinya suatu proses. Ramlan (1987) menggunakan istilah jeda untk menyatakn perhentian. Dalam bahasa tulis jeda panjang atau kesenapan, baik kesenyapan awal atau kesenyapan akhir ditandai dengan tanda duasilang rangkap.
Contoh:
(13) # Orang itu sesang membaca #
(14) # adiknya bermain-main di halaman)
            Nada atau titnada merupakan tinggi-rendah suatu ketika orang mengucapkan suatu ujaran atau suatu kalimat. Dalam ilmu bahasa atau linguistik dikenal dengan adanya empat jenis nada, yakni nada tinggi sekali, nada tinggi, nada sedang, dan nada rendah. Berturut-turut dalam pembahasan intonasi secara tertulis ditandai dengan angka 4, 3, 2, dan 1.
            Tekanan atau aksen adalah tingkatan keras dan lemahnya unsur suatu kalimat diucapkan (Samsuri, 1978). Dalam suatu bahasa tekanan dan nada dapat dikenakan pada unsur kalimat yang berupa kata atau suku kata. Aksen dan kuantitas merupakan cirri-ciri prosodi suatu kalimat.kuantitas merupakan panjang atau pendek suatu bunyi diucapkan.
            Keraf (1980) membagi tekanan dalam tiga jenis. Ketiga macam tekananitu adalah : tekanan dinamik, tekanan tinggi atau nada, dan tekanan kuantitas. Tekanan dinamik adalah tekanan keras yang diletakkan atas sebuah sukukata dan mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
Contoh :
Re’fuse            ‘sampah’
Refu’se            ‘menolak’
Tekanan tinggi atau nada juga disebut tekanan musikal. Dalam bahasa-bahasa Barat, seperti bahasa Yunani dan Cina tekanan musikal ini mempunyai fungsi sebagai pembeda arti.
Tekanan kuantitas adalah tekanan yang terjadi karena suatu vocal diucapkan lebih panjang daripada vocal lainnya. Perbedaan ini menghasilkan perbedaan antara vocal panjang dan vocal pendek.












BAB III
RAGAM KALIMAT
1.      RAGAM KALIMAT MENURUT A.A. FOKKER
Fokker (1972) membagi kalimat dengan menggunakan dua dasar. Pertama, pembagian kalimat berdasarkan struktur fungsional kalimat atau dari bangun kalimat. Kedua, pembagian kalimat berdasarkan intonasinya.
1.1 Pembagian Berdasarkan Bangun Kalimat
1.1.1 Tipe Kalimat
Tipe kalimat itu adalah :
a.       Tipe kalimat pertama
b.      Tipe kalimat kedua
c.       Tipe kalimat ketiga
d.      Tipe kalimat keempat
e.       Tipe kalimat kelima
f.       Tipe kalimat keenam
g.      Tipe kalimat ketujuh
h.      Tipe kalimat kedelapan
i.        Tipe kalimat kesembilan
Tipe kalimat pertama adalah kalimat dengan struktur fungsional S/P. S adalah sesuatu yang menjadi titik permulaan sesuatu yang dipercakapkan, sedangkan P adalah ada yang dikatakan orang tentang hal tersebut.
Contoh :
(1) Pekarangan / bersih
(2) percobaan itu / gagal
Kalimat tipe kedua dibedakan dengan kalimat tipe pertama semata-mata karena intonasinya. Kalimat tipe kedua ini adalah S/. Dalam kalimat ini pokok pemberitaan, atau S mula-mula digeser ke depan, sehingga ia menjadi pusat perhatian. Inti pembelajaran yang sebenarnya yaitu sesuatu yang ingin kita beritakan tentang pokok pembicaraan, yakni P, dipisah dengan S oleh jeda.
Contoh :
(7) Orang yang melanggar peraturan itu, tentulah ia dihukum berat.
(8) Adapun tempat tinggalnya, tidak diketahui orang.
            Kalimat tipe ketiga dibedakan dengan kalimat tipe pertama dan kedua karena S tidak terdiri atas satu bagian, tetapi terdiri atas beberapa bagian. Kalimat tipe ini digambarkan dengan struktur fungsional S1/S2/P.
Contoh :
(10) Akan anaknya perempuan,dua tahun kemudian, dipersuamikan.
(11) Adapun kedudukannya, dalam zaman itu, adalah istimewa.
            Kalimat tipe keempat membedakan dirinya dengan tipe pertama, karena P pada kalimat tipe keempat terdiri atas dua bagian atau lebih. Antara bagian-bagian P itu dipisahkan oleh jeda. Struktur kalimat itu adalah S1/P1/P2.
Contoh :
(12) Mereka berdua masuk warung, hendak minum kopi
(13) Auto kami selalu menurun di pinggir jurang, membelok-belok sampai ke Bandarbaru
            Tipe kalimat kelima adalah kalimat yang berstruktur P/S. Perbedaan kalimat tipe pertama dengan tipe kedua adlah intonasi dan urutan kata. Urutan kata pada kalimat tipe keliama bertentangan dengan urutan kata pada kalimat tipe pertama.
Contoh :
(14) Keras sungguh perjanjian itu.
(15) Habislah pembicaraan kita.
            Tipe kalimat keenam adalah kalimat yang hanya terdiri dari atas P saja. Contoh :
(17) Untung tak ada kurban manusia.
(18) Terdengarlah makian dan ejekan.
Kalimat tipe ketujuh adalah kaliamt yang berstruktur S/. Kalimat tipe ketujuh termasuk kalimat beruas.
Contoh :
(19) Dewasa ini pengetahuanlah yang diutamakan orang.
(20) Surat anak muda itu, ia sendiri yan membalasnya.
            Kalimat tipe kedelapan adalah kaliamat yang berstruktur / S. P terdiri atas unsur pokok (p) dan sebutan (s)
Contoh :
(21) Ia malu, akan pulang ke negerinya.
(22) Sangat berat baginya, untuk bercerai dengan anak.
            Kalimat tipe kesembilan adalah kalimat yang berstruktur /S. Kalimat seperti ini tampak pada contoh berikut.
(23) Sedih anak itu, ditinggalkan ibunya.
(24) Tak sangguplah ia, akan meninggalkan sobatnya.
1.1.2  Kalimat Luas
            Dibedakan tiga jenis kalimat luas, yakni : (1) kalimat luas I, (2) kalimat luas II, dan  (3) kalimat luas III. Kalimat luas I adalah kaliamat luas yang hubungan antara S dan P merupakan hubungan/relasi temporal, relasi kausal, relasi kondisional, relasi final, relasi konsesif, relasi sirkumstansial, dan relasi konsekutif.
            Kalimat luas II merupakan kalimat hasil merapatkan dua kalimat yang setara. Dengan merapatkan itu satu unsur berfungsi sebagai S dan unsur laian berfungsi sebagai P dari keseluruhan kalimat yang besar. Contohnya:
(38) Penduduk banyak yang merantau, mencari rezeki di Negara lain.
(39) Kedu suami isteri itu tampak hidup dengan rukun dan damai.
            Kalimaat luas III adalah kalimat yang dirapatkan dari kalimat-kalimat lain oleh elips. Contohnya:
(40) Kedengarannya bunyi beberapa gendang, dipukul beramai-ramai.
(41) Bunyi orang bertepuk tangan dengan hebat terdengar sampai disini.
1.2 Pembagian Berdasarkan Intonasi
            Kaliamt pernyataan dibedakan berdasarkan: (1) pertanyaan untuk diakui, (2) pertanyaan untuk diingkari, dan(3) pertanyaan minta keterangan. Pernyataan untuk diakui dapat dikenali dari intonasinya. Contohnya:
(42) Sudah ada keputusan? Sudah
            Pernyataan untuk diingkari dapat digunakan beberapa kata pengingkar seperti: tidak, bukan, dan belum. Contohnya
(44) orang itu sahabat tuan? Bukan
            Pernyataan yang meminta keterangan ditandai dengan penggunaan kata Tanya berikut: apa, mana, siapa, bagaimana, dan lain-lain. Contoh yang diberikan Fokker:
(46) Apa maksudmu?
(47) Siapa anak muda itu gerangan?
            Kalimat perintah dapat dikenali melalui intonasinya. Contohnya:
(49) Duduklah!
(50) Perhatikanlah!
            Kalimat larangan dapat diungkapkan dengan pertolongan kata jangan, dan dapat diperkuat diperkuat dengan partikel –lah. Contohnya:
(55) Janganlah Tuan mencela agama orang.
            Kalimat seruan ditengarai oleh pemakaian kata alangkah. Selain itu, dapat juga dipercirikan pengedepanan kata yang bersangkutan dan dilengkapi dengan akhiran –nya. Contohnya:
( 56) Alangkah girangnya aku!
2.      RAGAM KALIMAT MENURUT S. WOYOWASITO
Kalimat menurut Woyowasito adalah rentetan/rangkaian kata-kata/kelompok kata yang tidak mempunyai hubungan dengan lain-lain kata yang berada di luarnya dan memiliki kesatuan bunyi yang berdaulat. Pembagian yang dilakukan oleh Woyowasito ini menggunakan dasar analisis logis (dasar logika) dan struktur bahasa yang bersangkutan. Dengan menggunakan analisis logis menyebabkan mengenal dua kaliamt yaitu: (1) kalimat penuh/sempurna/lengkap, dan (2) kalimat tak sempurna/tak lengkap/tak penuh. Kalimat penuh minimal harus berisi fungtor Subjek dan perdikat. Contohnya:
(58) Orang itu membeli kacang
Kalimat tak sempurna hanya memiliki salah satu fungtor yang biasa didapati pada kalimat sempurna. Karena tidak semua artinya juga menjadi pertanyaan.
(60) Pergi!
Berdasarkan struktur bahasa, yakni berdasarkan urutan katanya, dikenal kalimat inverse dan kalimat majemuk. Kalimat inversi merupakan kalimat yang berstruktur Predikat-Subjek. Kalimat majemuk adalah dua kalimat yang dijadikan satu. Anak kalimat merupakan pengganti fungtor tertentu.
            Woyowasito, (1976) juga telah menyebutkan pembagian kalimat berdasarkan intonasinya. Dibedakan tiga jenis kalimat berdasarkan intonasinya yaitu: (1) kalimat seru, yang ditandai dengan tanda seru di pada akhir kalimat, (2) kalimat tanya, yang bercirikan dengan tanda Tanya pada akhir kalimat, dan (3) kalimat pernyataan, yang diakhiri dengan tanda titik.
3.      RAGAM KALIMAT MENURUT SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA
            Alisyahbana (1983) menyebutkan adanya kalimat Tanya dan kalimat perintah. Pertanyaan didefinisikan sebagai suatu ucapan seseorang kepada orang lain, menyatakan,bahwa yang bertanya itu tiada tahu, dan ingin (minta, menyeluruh, memerintah) diberi tahu tentang yang tiada deketahuinya itu.kalimat Tanya dibedakan menjadi tiga macam atas cara pembentukannya. Pertama, kalimat Tanya yang semata-mata terbentuk dari lagu Tanya. Kedua, kalimat tanya yang terbentuk dari berbagai kata tanya seperti: apa,mengapa, bagaimana, bila, kapan, di mana, ke mana, berapa, dan lain-lain. Ketiga, kalimat tanya yang dibentuk dari pertikel –kah atau –tah.
            Kalimat perintah adalah suatu ucapan yang memerintah (memaksa, menyuruh, mengajak, meminta), supaya orang yang diperintah itu melakukan apa yang tersebut dalam perintah itu. Menurut Alisyahbana (1983) kedudukan kata kerja dalam kalimat perintah memiliki kedudukan yang sangat penting. Pada kalimat tulis tanda seru merupakan cirri yang penting dalam kalimat perintah.
            Kalimat yang sejenis kalimat perintah adalah kalimat permintaan. Kalimat perintah dibedakan dengan kalimat permintaan karena lagu kalimat dan tingkanya yang berbeda.
            Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang hanya  terdiri atas S, P, PPelengkap atau Keterangan saja, sedangkan kalimat sempurna merupakan kalimat yang terdiri atas S dan P. Kalimat tak sempurna dibedakan atas: (1) kalimat tidak bersubjek, (2) kalimat tidak berpredikat, (3) kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat. Berikut ini merupakan masing-masing contoh dari kalimat-kalimat tersebut.
(76) Lekas kemari!
(77) Ali.
(78) Pukul tujuh
            Kalimat tungal ialah sebuah kalimat yang dalam hubungan kalimat-kalimat yang banyak itu boleh dianggap berdiri sendiri. Sebaliknya, kaliamt majemuk ialah susunan beberapa kalimat yang dalam hubungan kalimat-kalimat yang banyak itu amat rapat hubungan isinya, sedangkan hubungan yang rapat itu ternyata pula pada cara menyusun kalimat-kalimat itu, sehingga sekaliannya itu bersama-sama boleh dianggap menjadi sebuah kalimat.
            Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terjadi dari beberapa kalimat yang setara. Kalimat majemuk setara ini dapat dibedakan atas hubungan setara menyambung dalam hubungan setara mempertahankan. Dalam suatu kalimat sebuah kata atau beberapa kata yang menduduki suatu jabatan dalam kalimat sering diganti oleh susunan katayang menyerupai sebuah kalimat. Jika terjadi hal-hal yan demikian, kalimat itu merupakan kalimat majemuk bertingkat.
4.      RAGAM KALIMAT MENURUT GORYS KERAF
            Keraf (1980) menyebut beberapa jenis kalimat yang dibagi dari tiga dasr yang berbeda. Ketiga dasar yang digunakan untuk membagi kalimat adalah: (1) banyaknya kontur, (2) banyaknya unsur pusat, (3) proses terbentuknya kalimat. Dengan dasar itu dihasilkan jenis kalimat berikut: (1) kalimat minim versus kalimat panjang, (2) kalimat minor versus kalimat mayor, (3) kalimat inti versus kalimat transformasi. Selain itu juga membicarakan kalimat tunggal dan majemuk.
4.1 Kalimat Minim Versus Kalimat Panjang
            Pembagian kalimat atas kalimat minim dan kalimat panjang didasarkan pada jumlah kontur yang terdapat dalam suatu kalimat. Kontur adalah suatu bagian dari arus ujaran yang diapit-apit oleh kedua kesenyapan. Berdasarkan kesenyapan yang mengapit ada empat jenis kontur.
a)      Kontur yang diapit oleh kesenyapan awal dan akhir kesenyapan final,
b)      Kontur yang diapit oleh kesenyapan awal dan kesenyapan nonfinal,
c)      Kontur yang diapit oleh kesenyapan nonfianl dan kesenyapan nonfinal,
d)     Kontur yang diapit oleh kesenyapan yang nonfinal dan kesenyapan final.
            Kalimat minim adalah kalimat yang tidak dapat dipecahkan atas kontur-kontur yang lebih kecil. Kalimat panjang adalah kalimat yang secara potensial dapat dipecehkan lagi atas kontur-kontur yang lebih kecil seperti halnya kalimat.
4.2 Kalimat Minor Versus Kalimat Mayor
            Berdasarkan unsur pusanyat kalimat dapat dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor. Unsur pusat atau unsur inti adalah unsur kalimat yang tidak bisa dihilangkan dari sebuah kalimat. Kalimat minor adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu unsurpusat. Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur pusat atau unsur inti.
4.3 Kalimat Inti Lawan Kalimat Tranformasional
            Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas dua unsur pusat (inti). Kalimat inti yang sudah mengalami perubahan, baik perubahan intonasi, maupun perubahan struktur, dan menjadi kalimat baru disebut kalimat transformasional. Keraf mengutarakan dua jenis transformasi, yakni dengan menambah unsur-unsur tambahan dan menggabungkan beberapa gagasan menjadi satu.
4.4 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
            Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua struktur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola yang baru. Kalimat tunggal itu dibedakan dengan kalimat majemuk karena jumlah pola kalimatnya. Kalimat-kalimat tunggal yang diperluas sekian macam hingga unsur-unsur baru itu membentuk satu atau lebih pola kaliat lagi, kalimat itu disebut kalimat majemuk.

            Kalimat majemuk dibedakan menjadi tiga jenis, yakni (1) kalimat majemuk setara, (2) kaliamt majemuk bertingkat dan kalimat majemuk campuran. Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang yang kedua pola kalimatnya sederajad atau setara. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajad atau tidak setara. Kalimat majemuk campuran dapat berupa sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan ditambah dengan satu atau lebih pola bawahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar